Kenaikan BBM yang tanpa diduga mulai 18
november 2014, dengan kenaikan masing-masing Rp 2000 pada premium dan solar, membuat gejolak pada masyarakat baik pro dan kontra. Pengalihan subsidi BBM
dari sektor konsumtif ke sektor produktif menjadi alasan pemerintah meski harga
minyak dunia sedang turun. Pengalihan subsidi BBM ke perlindungan sosial
(kesehatan dan pendidikan) bagi masyarakat miskin, pembangunan/perbaikan
infrastruktur seperti jalan baru (semoga jalan baru lebih banyak dibangun di
luar jawa), bandara, pelabuhan dan tol laut, dan lain-lain. Namun, yang menjadi
celah subsidi itu adalah bagaimana dengan transportasi publik kita?
Kebanyakan transportasi publik kita khususnya darat masih menjadi permasalahan di Indonesia. Keengganan masyarakat menggunakan transportasi publik dengan alasan ekomonis dan lebih cepat dengan adanya kendaraan pribadi. Kenaikan harga BBM banyak diharapkan menjadi momentum peralihan penggunaan kendaraan pribadi ke transportasi publik oleh masyarakat. Namun, kenyataannya kenaikan harga BBM diikuti dengan kenaikan tarif yang membuat masyarakat semakin enggan beralih. Ditambah dengan adanya rencana mogok nasional, transportasi publik malah tidak menjadi solusi untuk masyarakat melakukan mobilitasnya.
Sebagian besar di daerah indonesia,
transportasi publik hanya satu setiap daerah seperti angkot atau bus. Sedikit
daerah yang ada pilihan alternatif seperti kereta atau becak/delman. Berbeda
dengan luar negeri, transportasi disana lebih mapan baik dari bus, subway, trem
atau MRT. Transportasi publik yang Cuma ada satu harusnya dapat intensif dari
pemerintah agar tarif angkutan dapat ditekan menjadi lebih terjangkau.
Reformasi transportasi publik harus dilakukan agar transportasi publik menjadi
primadona.
Saat ini transportasi publik di Indonesia jauh
dari kata nyaman, cepat dan aman. Kualitas kendaraan yang seadanya, supir yang
ugal-ugalan dan suka ngetem, belum lagi ancaman kejahatan dalam transportasi
publik kita. Permasalahan tersebut membuat “rasa kebutuhan” masyarakat akan
transportasi publik semakin menurun. Ditengah tuntutan perbaikan kualitas
transportasi publik oleh pelanggan, operator masih memusingkan setoran kepada
para supir sehingga menurunkan kualitas transportasi publik itu sendiri.
Keinginan pemerintah untuk membangun pelabuhan
dan bandara harus dibarengi dengan
perbaikan transportasi publik. Mengapa? Karena pelabuhan dan bandara tidak
dapat menjangkau daerah-daerah ekonomi sehingga perlu konektifitas dengan
transportasi publik. Seperti di Jogja, ada transjogja yang menjangkau bandara,
stasiun dan terminal ke lokasi-lokasi wisata, pendidikan dan ekonomi.
Konektifitas menjadi perlu untuk mendukung keinginan pemerintah dalam
pembangunan infrastruktur sehingga manfaat dapat dirasakan masyarakat menjadi
lebih besar dan merata.
Efek domino kenaikan BBM seperti kenaikan
bahan pokok, kenaikan tarif angkutan, kenaikan harga makanan dan lain-lain
harus dapat “dilawan” dengan strategi efek domino pendorongan penggunaan
transportasi publik oleh masyarakat. Pemerintah harus berani menekan industri
otomotif agar tidak mudah memberikan kendaraan pribadi kepada masyarakat. Selain
itu, Pemerintah perlu menaikkan pajak kendaraan pribadi dan tarif parkir. Hal
tersebut diharapkan dapat membuat masyarakat merasa BUTUH akan transportasi
publik, bukan kendaraan pribadi. Bahkan tanpa perlu iklan, masyarakat akan
membeli kendaraan pribadi seperti motor dengan alasan lebih mruah. Perlu
diingat, sebagai besar masyarakat kita merasa “kaya/berada” dengan menonjolkannya
pada benda-beda seperti emas, mobil, motor, bahkan smartphone. Jika pemerintah
tidak dapat menekan pertumbuhan kendaraan pribadi dan malah semakin memanjakan
dengan pembangunan/pelebaran jalan, hanya akan mengubur impian transportasi
publik yang nyaman dan murah di Indonesia. Jika perlu, pemerintah perlu
“memaksa” masyarakat menggunakan transportasi publik dengan kebijakan menekan
kendaraan pribadi.
Solusi lain agar transportasi publik menjadi
lebih murah, tentunya pemerintah sudah waktunya menggunaan energi alternatif
yang lebih murah sebagai bahan bakar transportasi publik. Indonesia yang kayak
energi, harusnya sudah mampu mengembangkan energi alternatif non minyak bumi. energi
gas atau biofuel dapat menjadi pilihan. Penggunaan energi alternatif sebagai
solusi atas kelakuan kita yang boros energi atau BOROS SUBSIDI. Di jalanan
sekarang dapat dilihat, kendaraan mana yang lebih banyak? Kendaraan pribadi
atau transportasi publik?
Transportasi publik harus mulai berbenah
dengan meningkatkan kualitas angkutan dan pelayanan. Di waktu mendatang, pasti
BBM akan naik lagi. Alasan-alasan pro dan kontra masyarakat hanya akan berkutat
di hal itu-itu saja jika kenaikan BBM tidak dibarengi perbaikan diberbagai
sektor. Lingkaran setan kenaikan BBM hanya akan berputar-putar disitu saja.
Kenaikan BBM dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat dapat mengurangi
gejolak di masyarakat saat hal itu akan datang.
"An advanced city is not a place where the poor move about in cars, rather it’s where even the rich use public transportation" - Enrique PeƱalosa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar