Sabtu, 22 November 2014

BBM Naik, Apa Kabar Transportasi Publik?

Kenaikan BBM yang tanpa diduga mulai 18 november 2014, dengan kenaikan masing-masing Rp 2000 pada premium dan solar, membuat gejolak pada masyarakat baik pro dan kontra. Pengalihan subsidi BBM dari sektor konsumtif ke sektor produktif menjadi alasan pemerintah meski harga minyak dunia sedang turun. Pengalihan subsidi BBM ke perlindungan sosial (kesehatan dan pendidikan) bagi masyarakat miskin, pembangunan/perbaikan infrastruktur seperti jalan baru (semoga jalan baru lebih banyak dibangun di luar jawa), bandara, pelabuhan dan tol laut, dan lain-lain. Namun, yang menjadi celah subsidi itu adalah bagaimana dengan transportasi publik kita?

Kebanyakan transportasi publik kita khususnya darat masih menjadi permasalahan di Indonesia. Keengganan masyarakat menggunakan transportasi publik dengan alasan ekomonis dan lebih cepat dengan adanya kendaraan pribadi. Kenaikan harga BBM banyak diharapkan menjadi momentum peralihan penggunaan kendaraan pribadi ke transportasi publik oleh masyarakat. Namun, kenyataannya kenaikan harga BBM diikuti dengan kenaikan tarif yang membuat masyarakat semakin enggan beralih. Ditambah dengan adanya rencana mogok nasional, transportasi publik malah tidak menjadi solusi untuk masyarakat melakukan mobilitasnya.

Sebagian besar di daerah indonesia, transportasi publik hanya satu setiap daerah seperti angkot atau bus. Sedikit daerah yang ada pilihan alternatif seperti kereta atau becak/delman. Berbeda dengan luar negeri, transportasi disana lebih mapan baik dari bus, subway, trem atau MRT. Transportasi publik yang Cuma ada satu harusnya dapat intensif dari pemerintah agar tarif angkutan dapat ditekan menjadi lebih terjangkau. Reformasi transportasi publik harus dilakukan agar transportasi publik menjadi primadona.

Saat ini transportasi publik di Indonesia jauh dari kata nyaman, cepat dan aman. Kualitas kendaraan yang seadanya, supir yang ugal-ugalan dan suka ngetem, belum lagi ancaman kejahatan dalam transportasi publik kita. Permasalahan tersebut membuat “rasa kebutuhan” masyarakat akan transportasi publik semakin menurun. Ditengah tuntutan perbaikan kualitas transportasi publik oleh pelanggan, operator masih memusingkan setoran kepada para supir sehingga menurunkan kualitas transportasi publik itu sendiri.

Keinginan pemerintah untuk membangun pelabuhan dan  bandara harus dibarengi dengan perbaikan transportasi publik. Mengapa? Karena pelabuhan dan bandara tidak dapat menjangkau daerah-daerah ekonomi sehingga perlu konektifitas dengan transportasi publik. Seperti di Jogja, ada transjogja yang menjangkau bandara, stasiun dan terminal ke lokasi-lokasi wisata, pendidikan dan ekonomi. Konektifitas menjadi perlu untuk mendukung keinginan pemerintah dalam pembangunan infrastruktur sehingga manfaat dapat dirasakan masyarakat menjadi lebih besar dan merata.

Efek domino kenaikan BBM seperti kenaikan bahan pokok, kenaikan tarif angkutan, kenaikan harga makanan dan lain-lain harus dapat “dilawan” dengan strategi efek domino pendorongan penggunaan transportasi publik oleh masyarakat. Pemerintah harus berani menekan industri otomotif agar tidak mudah memberikan kendaraan pribadi kepada masyarakat. Selain itu, Pemerintah perlu menaikkan pajak kendaraan pribadi dan tarif parkir. Hal tersebut diharapkan dapat membuat masyarakat merasa BUTUH akan transportasi publik, bukan kendaraan pribadi. Bahkan tanpa perlu iklan, masyarakat akan membeli kendaraan pribadi seperti motor dengan alasan lebih mruah. Perlu diingat, sebagai besar masyarakat kita merasa “kaya/berada” dengan menonjolkannya pada benda-beda seperti emas, mobil, motor, bahkan smartphone. Jika pemerintah tidak dapat menekan pertumbuhan kendaraan pribadi dan malah semakin memanjakan dengan pembangunan/pelebaran jalan, hanya akan mengubur impian transportasi publik yang nyaman dan murah di Indonesia. Jika perlu, pemerintah perlu “memaksa” masyarakat menggunakan transportasi publik dengan kebijakan menekan kendaraan pribadi.

Solusi lain agar transportasi publik menjadi lebih murah, tentunya pemerintah sudah waktunya menggunaan energi alternatif yang lebih murah sebagai bahan bakar transportasi publik. Indonesia yang kayak energi, harusnya sudah mampu mengembangkan energi alternatif non minyak bumi. energi gas atau biofuel dapat menjadi pilihan. Penggunaan energi alternatif sebagai solusi atas kelakuan kita yang boros energi atau BOROS SUBSIDI. Di jalanan sekarang dapat dilihat, kendaraan mana yang lebih banyak? Kendaraan pribadi atau transportasi publik?

Transportasi publik harus mulai berbenah dengan meningkatkan kualitas angkutan dan pelayanan. Di waktu mendatang, pasti BBM akan naik lagi. Alasan-alasan pro dan kontra masyarakat hanya akan berkutat di hal itu-itu saja jika kenaikan BBM tidak dibarengi perbaikan diberbagai sektor. Lingkaran setan kenaikan BBM hanya akan berputar-putar disitu saja. Kenaikan BBM dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat dapat mengurangi gejolak di masyarakat saat hal itu akan datang.

"An advanced city is not a place where the poor move about in cars, rather it’s where even the rich use public transportation" - Enrique PeƱalosa


Tidak ada komentar:

Posting Komentar