BALIKPAPAN - Tak hanya level nasional, kebersihan Balikpapan kini mendapatkan pengakuan internasional. Kota Minyak dinobatkan sebagai salah satu kota terbersih dalam Pertemuan ke-9 ASEAN Working Group on Environmentally Sustainable Cities (AWGESC) pada 2-3 Mei lalu di Yangon, Myanmar.
Penghargaan tersebut tentu menambah prestise kota yang selama ini sudah belasan kali memperoleh Adipura --penghargaan tertinggi nasional di bidang kebersihan dari Kementerian Lingkungan Hidup.
Event di Myanmar itu untuk meningkatkan capacity building kota-kota di negara anggota ASEAN dalam pengelolaan lingkungan. Dalam AWGESC yang dihelat dua hari itu, Balikpapan diumumkan berada di peringkat kedua untuk Environmentally Sustainable Cities dalam kategori Clean Land. Ada di bawah Kota Phitsanulok, Thailand. Kota Beriman mengungguli Vientiane di Vietnam yang duduk di posisi ketiga.
Dalam ajang itu, sertifikat kebersihan diberikan kepada kota-kota di Asia Tenggara dalam tiga kategori. Yakni, Clean Air, Clean Water, dan Clean Land.
Dari Balikpapan yang menghadiri ajang itu adalah Wakil Wali Kota Rizal Effendi, Kepala Dinas Pertanian, Kelautan, dan Perikanan Chaidar Chairulsyah, Kepala Badan Lingkungan Hidup (BLH) Soufian, dan Kepala Dinas Kebersihan Tatang Sudirja.
Kabag Humas Setkot Balikpapan Aji Sofyan mengatakan, dalam pertemuan itu, selain Balikpapan, dari Indonesia juga ikut dua kota besar lainnya, Pekanbaru dan Makassar.
Aji Sofyan menyebutkan, Balikpapan tak serta-merta meraih predikat itu. Sebelumnya, sudah dilakukan penilaian terhadap kondisi kota pada 2010 lalu. “Kami dinilai juga tahun lalu. Nanti penilaian tahun ini (untuk) predikatnya tahun depan,” tutur Aji Sofyan.
Dalam pertemuan itu, Rizal Effendi memberi paparan tentang kondisi lingkungan hidup di kota berpenduduk 670 ribuan jiwa itu. Tentang tipikal iklim dan kondisi topografinya. Juga tentang tekad mengalokasikan 52 persen dari luas wilayah untuk ruang terbuka hijau dan 48 persennya untuk dibangun. Di hadapan perwakilan kota-kota di negara ASEAN itu, Rizal juga memaparkan tentang pengelolaan tempat pembuangan akhir sampah, air, dan sanitasi.
Salah satu output bagi kota-kota yang meraih peringkat dalam AWGESC itu, di antaranya para negara donor, seperti USAID, CITYNET, ESCAP, JICA, dan IGES, akan memberikan bantuan yang berkaitan dengan pengolahan lingkungan hidup, air bersih, udara bersih, dan lingkungan bersih, dengan tentunya harus mengajukan proposal.
Jerry Stamber, pengamat perkotaan di Balikpapan, mengakui budaya bersih warga Kota Beriman memang sudah mengakar. Konsistensi pemerintah setempat melarang penambangan batu bara juga layak diapresiasi.
“Keberhasilan meraih penghargaan tingkat regional ASEAN semakin mengukuhkan supremasi Balikpapan sebagai kota yang lingkungannya bersih, sehat, dan nyaman, yang telah mendapat pengakuan dunia internasional,” kata pentolan Skyscraper City International – Balikpapan, forum yang aktif menginformasikan perkembangan kota di dunia maya, ini.
Meski demikian, lanjut Jerry, ke depan tetap harus ada inovasi dan program dari Pemkot. Dia menyoroti fasilitas publik yang berkenaan dengan kenyamanan kota. Terutama sekali soal pedestrian.
“Fasilitas para pejalan kaki (di Balikpapan) masih jauh dari ideal kalau dibandingkan dengan kota Thailand (Phitsanulok) tersebut,” tutur Jerry yang juga pendiri Balikpapaners alias Komunitas Pencinta dan Pemerhati Kota Balikpapan. Sementara di sisi lain, Balikpapan akan terus berkembang menjadi basis perdagangan dan industri nasional.
Kemudian, kondisi pasar tradisional juga patut dievaluasi. Phitsanulok sendiri amat memperhatikan dua hal ini, termasuk merawat warisan budaya. Alhasil, kota di wilayah utara Thailand yang berpopulasi 85 ribuan orang itu menjadi salah satu titik destinasi utama di Negeri Gajah Putih.
“Saya kira kalau sisi ini bisa kita benahi, akan signifikan sekali pencapaian Kota Balikpapan ke depan,” tandas Jerry. (far/zal2)
Penghargaan tersebut tentu menambah prestise kota yang selama ini sudah belasan kali memperoleh Adipura --penghargaan tertinggi nasional di bidang kebersihan dari Kementerian Lingkungan Hidup.
Event di Myanmar itu untuk meningkatkan capacity building kota-kota di negara anggota ASEAN dalam pengelolaan lingkungan. Dalam AWGESC yang dihelat dua hari itu, Balikpapan diumumkan berada di peringkat kedua untuk Environmentally Sustainable Cities dalam kategori Clean Land. Ada di bawah Kota Phitsanulok, Thailand. Kota Beriman mengungguli Vientiane di Vietnam yang duduk di posisi ketiga.
Dalam ajang itu, sertifikat kebersihan diberikan kepada kota-kota di Asia Tenggara dalam tiga kategori. Yakni, Clean Air, Clean Water, dan Clean Land.
Dari Balikpapan yang menghadiri ajang itu adalah Wakil Wali Kota Rizal Effendi, Kepala Dinas Pertanian, Kelautan, dan Perikanan Chaidar Chairulsyah, Kepala Badan Lingkungan Hidup (BLH) Soufian, dan Kepala Dinas Kebersihan Tatang Sudirja.
Kabag Humas Setkot Balikpapan Aji Sofyan mengatakan, dalam pertemuan itu, selain Balikpapan, dari Indonesia juga ikut dua kota besar lainnya, Pekanbaru dan Makassar.
Aji Sofyan menyebutkan, Balikpapan tak serta-merta meraih predikat itu. Sebelumnya, sudah dilakukan penilaian terhadap kondisi kota pada 2010 lalu. “Kami dinilai juga tahun lalu. Nanti penilaian tahun ini (untuk) predikatnya tahun depan,” tutur Aji Sofyan.
Dalam pertemuan itu, Rizal Effendi memberi paparan tentang kondisi lingkungan hidup di kota berpenduduk 670 ribuan jiwa itu. Tentang tipikal iklim dan kondisi topografinya. Juga tentang tekad mengalokasikan 52 persen dari luas wilayah untuk ruang terbuka hijau dan 48 persennya untuk dibangun. Di hadapan perwakilan kota-kota di negara ASEAN itu, Rizal juga memaparkan tentang pengelolaan tempat pembuangan akhir sampah, air, dan sanitasi.
Salah satu output bagi kota-kota yang meraih peringkat dalam AWGESC itu, di antaranya para negara donor, seperti USAID, CITYNET, ESCAP, JICA, dan IGES, akan memberikan bantuan yang berkaitan dengan pengolahan lingkungan hidup, air bersih, udara bersih, dan lingkungan bersih, dengan tentunya harus mengajukan proposal.
Jerry Stamber, pengamat perkotaan di Balikpapan, mengakui budaya bersih warga Kota Beriman memang sudah mengakar. Konsistensi pemerintah setempat melarang penambangan batu bara juga layak diapresiasi.
“Keberhasilan meraih penghargaan tingkat regional ASEAN semakin mengukuhkan supremasi Balikpapan sebagai kota yang lingkungannya bersih, sehat, dan nyaman, yang telah mendapat pengakuan dunia internasional,” kata pentolan Skyscraper City International – Balikpapan, forum yang aktif menginformasikan perkembangan kota di dunia maya, ini.
Meski demikian, lanjut Jerry, ke depan tetap harus ada inovasi dan program dari Pemkot. Dia menyoroti fasilitas publik yang berkenaan dengan kenyamanan kota. Terutama sekali soal pedestrian.
“Fasilitas para pejalan kaki (di Balikpapan) masih jauh dari ideal kalau dibandingkan dengan kota Thailand (Phitsanulok) tersebut,” tutur Jerry yang juga pendiri Balikpapaners alias Komunitas Pencinta dan Pemerhati Kota Balikpapan. Sementara di sisi lain, Balikpapan akan terus berkembang menjadi basis perdagangan dan industri nasional.
Kemudian, kondisi pasar tradisional juga patut dievaluasi. Phitsanulok sendiri amat memperhatikan dua hal ini, termasuk merawat warisan budaya. Alhasil, kota di wilayah utara Thailand yang berpopulasi 85 ribuan orang itu menjadi salah satu titik destinasi utama di Negeri Gajah Putih.
“Saya kira kalau sisi ini bisa kita benahi, akan signifikan sekali pencapaian Kota Balikpapan ke depan,” tandas Jerry. (far/zal2)
has taken from balikpapaners.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar